MIMPI YANG TERBELI - 1

Sekilas perjalananku,, sebuah mimpi yang bisa terbeli..
16 s/d 20 -06-2012
Pendakian Mahameru - Lumajang - Jawa Timur

Perjalanan kami dimulai dari kampus kami, Teknik Instrumentasi - ITS, bersama teman2 seperjuangan di kampus tercinta,, si Sholeh Huddin, cak Coy, bang Adia, bang Andy Royhan, Hamsah dan bang Hamid..

aku yang pernah bermimpi mencapai puncak pulau ini,,
bermimpi saat sekolah, menggapai puncak itu..

Ber-6 berangkat kamis dini hari, dengan persenjataan dalam carrier masing-masing bermoda trnasportasi bus. Tiba di terminal Arjosari pukul 6 pagi, beristirahat dan sarapan sejenak.

Perjalanan dilanjutkan dengan mencarter minibus menuju Tumpang, Malang selama 30 menit.
Sampai di pasar Tumpang, saatnya adrenalin ditantang menuju desa Ranu Pane via offroad Hartop.
Desa Ranu Pane ditempuh dalam 2 jam perjalanan offroad, dengan perhentian sejenak menikmati pemandangan panorana sabana dibalik eksotisme pegunungan Tengger.

Siang di Ranu Pane, kami langsung mengurus perijinan pendakian.
Selain surat kesehatan, juga diperlukan fotokopi KTP dalam mengurus perijinan pendakian Semeru.
Agar sampai Ranu Kumbolo tidak sampai malam, kami langsung bergegas melanjutkan perjalanan.
Kali ini perjalanan kami dimulai dengan berjalan, menyusuri eksotisme Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Lima jam kami tempuh dalam perjalanan menuju Ranu Kumbolo, melewati 4 pos yang ada.
Setibanya di Ranu Kumbolo, tendapun dibuat, kami bermalam disana unutk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ini.

Sinar matahari membangunkan kami dari dalam tenda. Sejenak menikmati kehangatan yang dibawanya dan mengabadikan keindahannya.

Matahari yang semakin beranjak menunjukkan kmai harus segera melanjutkan perjalanan ke Kalimati, tak lupa sarapan dan membawa bekal air yang cukup dan do'a, kalimati-pun kami datangi.

Dipimpin Cak Coy sebagai penunjuk jalan, rintangan pertama Tanjakan Cinta kmai lewati,, walaupun cukup bersusah payah (hehehee...)
Kemudian kami disuguhi paronama sabana Oro-oro Ombo dengan lavender ungu yang menghiasi.
Lewat Oro-oro Ombo, pos Cemoro Kandang kami datangi. sejenak berisitirahat, puncak Mahameru mengintip dari kejauhan di sabana Kalimati.

Tiba di Kalimati sekitar 3 jam perjalanan dari Ranu Kumbolo,, tenda-pun kami naikkan kembali, kami harus bergegas sebelum senja tiba selagi cak Coy dan bang Andy mengambil bekal air di Sumbermani untuk perjalanan malam dan kembali ke Ranu Kumbolo esok hari.

Masak, makan malam dan istirahat, begitu kegiatan yang kami lakukan sebelum pendakian ke puncak Mahameru.
Malam smakin larut, alarm membangunkan kami untuk bersiap. bertemu teman dari Lombok ikut meramaikan pendakian malam ini..
Demi mengejar Sunrise di puncak Mahameru, kami bergegas berangkat.
Jam tangan menunjukkan 12:03 malam, pendakian dimulai. 1 jam berjalan kami tiba di Arcopodo. Sambutan tenda-tenda yang sunyi pendaki yang tertidur pulas, sunyi menyapa prasasti-prasasti teman-teman pendaki yang terenggut nyawa, tapi perjalanan tetap kami lanjutkan.
Memang benar, 5:3, berjalan 5 langkah, dan anda akan mundur 3 langkah. Itu yang kami dapatkan saat pendakian menyusuri tanjakan pasir bebatuan melangkah setelah batas vegetasi akhir.
Dengan nafas yang terengah-engah, dingin yang tertahan, rasa capek dan takut dibalut lampu headlamp yang menerangi kami masing-masing hingga  kami rasakan Sunrise di Lereng Mahameru.
Setelah berjalan 6 jam lebih, kami pun tiba di puncak Mahameru, puncak Jawa yang melegenda, puncak abadi para dewa.
Ini puncak Semeru, Mahameru yang kami cita-citakan, sebuah mimpi yang terbeli dengan kesungguhan dan harapan yang membuang kegelisahan disekeliling kami masing-masing

Ini kami, ditemani teman-teman dari Lombok, berfoto di Puncak Mahameru dan saya, berfoto dengan prasasti Soe Hok Gie

Puas menikmati puncak Mahameru, kami kembali ke pos Kalimati, istirahat, makan siang, prepare kembali ke Ranu Kumbolo.

Bermalam kembali di Ranu Kumbolo,, menikmati suasana malam dengan kepuasan tersendiri, merayakan ulang tahun bang Sholeh Huddin, pesta makan dan...
kembali pulang ke Surabaya.

Rasa itu tetap ada,, bukan karena kesombongan, tapi sambutan dari Semeru yang membuat perjalanan ini tak bisa dilupakan begitu saja..
Mungkin suatu saat kami akan berkunjung lagi,, menyusuri memori indahmu..
Trimakasih Mahameru..